Jakartashowbiz.com – Menjelang satu abad Nahdlatul Ulama, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf, membuka Program Workshop dan Penyusunan Kerangka Blueprint dan Roadmap Abad ke-2 Gerakan Perempuan NU (NU Women).
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf dalam keterangannya media mengatakan, NU Women merupakan gerakan yang dibentuk secara khusus untuk merenspon berbagai persoalan dan dinamika seputar isu-isu keperempuanan.
“Forum ini diinisasi untuk membangun gerakan perempuan NU di dalam menyonsong fenonema perubahan-perubahan besar dalam konteks beragama dan untuk menemukan satu kontruksi yang tepat dalam perspektif Islam dan persepktif NU tentang bagaimana perempuan itu berperan dalam merenspons isu-isu perempuan,” kata Pria yang akrab disapa Gus Yahya tersebut kepada media di Hotel Novotel, Cikini, Jakarta Pusat, pada Sabtu (20/8/2022).
Gus Yahya menerangkan, isu seputar perempuan sangat kompleks sesuai perkembangan zaman. Dalam menyikapi berbagai isu yang semakin kompleks in, NU Women didorong untuk memahami posisi, peran dan fungsinya.
Tidak hanya itu, NU Women menjadi aktor dalam gerakan perubahan seputar masalah perempuan yang semakin kompleks dan rumit. Semua ini dapat terjawab hanya dengan komitmen dan kerja sama yang solid.
“Di dalam semua isu itu, perempuan harus mengerti dimana posisi, peran fungsi di tengah dinamika masyarakat yang ada sehingga perempuan bisa menjadi aktor yang relevan di dalam membangun masa depan peradaban yang lebih baik,” jelasnya.
Terkait keberadaan NU Women sendiri, Gus Yahya menegaskan, ini merupakan bagian tidak terpisahkan dari gerakan NU secara menyeluruh. NU Women juga menjadi bagian tidak terpisahkan dari persiapan menuju satu abad NU.
“NU Women ini hanya satu klaster kegitan menuju satu abab NU. Segala kemungkinan itu tentu menjadi bagian dari eksplorasi dalam klaster kegiatan. Kegiatannya bukan hari ini saja, ini menjadi satu rangkaian kegiatan yang dinamis sampai Februari tahun depan,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Organizing Committee (OC) NU Women Hj Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid mengatakan, NU Women merupakan sebuah langkah progresif dalam menyikapi isu-isu perempuan. Selain itu, NU Women ini merupakan gerakan besar yang mempertemukan seluruh gerakan aktivis perempuan NU.
“Ini merupakan sebuah langkah yang sangat progresif sekali. Tentunya kita sangat apresasi terhadap langkah yang ada. Perempuan NU ini sebenarnya ruang perjumpaan di antara banyak jaringan-jaringan NU. Selama ini memang sudah ada tetapi kita dipertemukan dalam sebuah gerakan besar,” ungkapnya.
Yenny Wahid kemudian menerangkan, NU Women tidak hanya sekedar membuat workshop untuk menyusun berbagai agenda ke depan. Lebih dari itu, NU Women akan konsep pada persolaan persoalan seperti perubahan iklim hingga masalah kekerasan dalam rumah tangga.
“Nanti ada beberapa kegitan kunci. Salah satunya pelatihan ekonomi, perhatian tentang kesadaran tantangan perubahan iklim, lalu kemudian tantangan global, persoalan seperti kekerasan dalam rumah tangga, perlindungann terhadap perempuan dan anak dan lain sebagainya,” kata Yenny Wahid.
Pada kesempatan tersebut, secara khusus menyoroti dampak pandemi yang telah melanda Indonesia selama dua tahun terakhir. Menurutnya, wabah pandemi turut menyumbang meningkatnya kekerasan dalam rumah tangga.
Persoalan ini tentu tidak terlepas dari masalah komunikasi yang buruk. Dampaknya pasti yakni meningkatnya kekerasan terhadap perempuan dalam kehidupan rumah tangga. Menjawab berbagai persoalan tersebut, NU Women, katanya, tidak boleh hanya tinggal diam. NU Women mesti menyiapkan sistem untuk mencegah berbagai persoalan yang ada.
“Jadi, ini fenomena global bukan hanya terjadi di Indonesia. Artinya ini harus direspon. Bagaimana menyadarkan para perempuan untuk meresponya secara pas. Lalu support sistem yang bisa mensuport ketika perempuan dan anak mengalami perundungan atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga,” tutupnya.